Sidoarjo, Kota Delta
Sejarah
Singkat
Sidoarjo
dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia
Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang merupakan bagian dari Kabupaten
Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng.
Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang
wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan. Pada 1859,
berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari
1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian
yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokari. Sidokare dipimpin R. Notopuro
(kemudian bergelar R.T.P Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan. Ia adalah
putra dari R.A.P. Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei1859, nama
Kabupaten Sidokare, yang memiliki konotasi kurang bagus diubah menjadi
Kabupaten Sidoarjo.
Slogan
(Pertanian Maju,
Andalan Industri, Bersih, Rapi, Serasi, Hijau, Sehat, Indah dan Nyaman) Artinya
Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah pertanian yang subur sebagai lumbung
pangan, mempertahankan pertanian yang maju agar bisa swasembada pangan dengan
cara identifikasi pertanian dan menggunakan mekanisasi teknologi tepat guna, di
samping itu mendorong perkembangan industri yang semakin meningkat, maka kedua
hal ini harus berkembang secara serasi. Selain itu masyarakat Kabupaten
Sidoarjo berbudaya hidup dengan lingkungan yang bersih, rapi, serasi, hijau,
sehat, indah dan nyaman.
Keindahan dan Keunikan Dari Sidoarjo
Siapa sangka Kota Sidoarjo saat ini berkembang sangat pesat
sekali bahkan tak jarang sekali wisatawan asing maupun dalam negri berkunjung
ke Sidoarjo untuk berwisata maupun membeli oleh-oleh. Nah di Sidoarjo ini
banyak banget destinasi wisata maupun tempat oleh-oleh khas Sidoarjo yang dapat
dikunjungi dan harga nya pun tak begitu mahal. Berikut ini destinasi wisata
yang sering dikunjungi.
1.
Kampung Batik Jetis
Kampung ini terletak
di pusat kota dan jarak dari stasiun Sidoarjo pun tidak jauh. Kamu bisa naik
becak atau jalan kaki. Disini hampir semua warganya memproduksi batik buatan
sendiri. Tak jarang usaha batik disini pun laris. Bahkan usaha ini turun
menurun dari buyut mereka. Corak batik khas Sidoarjo sendiri ini burung merak.
2.
Museum Mpu Tantular
Buat kamu yang ingin berwisata sambil belajar di kota
Sioarjo, silahkan mampir saja ke Museum Mpu Tantular yang letaknya di Jalan
Raya Buduran. Museum ini juga sangat luas, yakni sekitar 3.28 hektar, sehingga
membuat para pengunjung merasa nyaman saat berkeliling didalamnya untuk
mengenal sejarah.
3. 3. Toko
tanjung
Toko ini
merupakan salah satu pusat oleh-oleh yang ada di Sidoarjo. Kalau musim liburan,
toko ini selalu ramai pengunjung. Terletak di jl. Mojopahit dan dekat
perempatan lampu merah, seringkali jalan ini mengalami kemacetan akibat parkir
mobil yang memenuhi bahu jalan. Toko ini menjual oleh-oleh khas sidoarjo
seperti bandeng asap, petis, kerupuk udang, dll.
4. 4. Candi pari
Terletak
di desa pari kecamatan porong ini merupakan salah satu candi peninggalan hindu
pada masa kerajaan majapahit yang kini telah menjadi objek wisata dan situs
budaya.
Keunikan
kota Sidoarjo ini terletak pada julukan yang biasanya disebut Kota udang karena banyak petani udang yang
mengembangbiakkan udang di tambak. Tetapi juga ada yang menyebut Sidoarjo
kota Lumpur karena disitu terdapat lumpur lapindo dan dijadikan tempat wisata
Kebudayan-Kebudayaan
Khas Sidoarjo
I.
Bahasa
Bahasa
yang berkembang di daerah Sidoarjo dikenal dengan sebutan Bahasa Arek. Bahasa
Arek merupakan bahasa keseharian warga Kota Surabaya dan kabupaten pecahan Kota
Surabaya, yaitu Sidoarjo, Mojokerto, Gresik.
II.
Tradisi
A.
Lelang Bandeng
Lelang bandeng tradisional diadakan dengan maksud
tujuan untuk menjadikan cambuk untuk meningkatkan produksi ikan
bandeng dengan pengembangan motivasi dan promosi agar petani tambak lebih
meningkatkan kesejahteraannya.
Bandeng yang dilelang dinamakan bandeng
“KAWAKAN“ yang dipelihara khusus antara 5 – 10 tahun dan mencapai berat 7
Kg sampai 10 Kg per ekor.
B.
Nyadran
Di Sidoarjo tepatnya di Desa Balongdowo
Kecamatan Candi ada tradisi masyarakat yang dilakukan setiap bulan Ruwah
(kalender jawa) pada saat bulan purnama.
Tradisi tersebut dinamakan Nyadran, Nyadran ini
merupakan adat bagi para nelayan kupang desa Balongdowo sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk kegiatan Nyadran berupa pesta peragaan cara
mengambil kupang di tengah laut selat Madura.
Nyadran di Sidoarjo mempunyai ciri khas tersendiri.
Kegiatan Nyadran dilakukan oleh masyarakat Balongdowo yang mata pencaharian
sebagai nelayan kupang, pada siang harinya sangat disibukkan dengan kegiatan
persiapan pesta upacara meski puncak acaranya pada tengah malam.
Kegiatan ini dilakukan pada dini hari sekitar pukul 1
pagi. Ada satu proses dari pesta nyadran ini
yaitu “ Melarung tumpeng “ Proses ini dilakukan di muara /Clangap ( pertemuan
antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo ). Proses ini
diadakan bila ada pesta Nyadran atau nelayan kupang yang mempunyai nadzar
/kaul.
Makanan khas
Nah, di sidoarjo ini banyak banget makanan
khas. Berikut ini makanan khas
a.
Kupang Lontong
Kupang itu kerang yang berukuran kecil-kecil biasanya diambil langsung dari
laut langsung. Bumbunya yang spesial ini pake petis dan kalau ingin pedas ditambah
cabe rawit diaduk lalu disiram dengan kuah kupang nya dan ditambahi irisan
lontong. Makanan pendamping nya adalah sate kerang dan minuman pendampingnya
adalah es degan
b.
Lontong balap
Makanan ini mempunyai ciri khas yakni kecambah yang sangat banyak lalu
ditambahi irisan lontong dan disiram pake kuah kupang dan dikasih remasan
lentuh. Makanan pendampingnya adalah sate kerang. Minuman penampingnya adalah
es degan atau es teh.
Komentar
Posting Komentar